1 Desember
pukul 24:00
Pesan singkat di handphone-ku mulai berdatangan.
"Happy Birthday bla bla bla"
Fine.
Waktu tidur 8 jam ku terganggu karena sms semacam itu. Ya ya ya, ini memang ulang tahun ku. Tapi buatku, perayaan dalam bentuk apapun bukan cara yang tepat menghadapi pertambahan usia yang menandakan suatu tantangan hidup yang lebih keras, tanggung jawab yang lebih berat dan waktu memperbaiki diri yang kian berkurang. Kenapa mereka ucapkan "selamat"?
Hmmm
ngga munafik juga sih,
ada satu ucapan "selamat" dari seseorang yang aku tunggu-tunggu sejak detik pertama hari ulang tahun ku ini datang.
Tapi ya sudah lah,
mungkin dia ngga akan ngucapin di waktu selarut ini.
Pukul 13:00
Aktivitas berjalan sesuai rutinitas. Ucapan selamat dan tagihan traktiran termasuk kedalamnya. Rutinitas tahunan.
Berharap ada semangat baru hari ini.
Tapi lagi-lagi kenyataan ngga berjalan sesuai harapan.
Ucapan selamat yang aku tunggu itu belum juga datang.
Pukul 23:45
Hari ini dipenuhi oleh rasa "menunggu"
Sial.
Keterlaluan kalau sampai dia lupa.
PENGEN T E R I A K !!!!!
Ah, muak!
Tanganku lari meraih secari kertas apapun yang terliaht oleh mata.
Aku butuh menulis untuk meneriakkan suaraku.
" Ayah,
Seharian aku menunggumu mengingat hari jadiku,
hari ini,
tapi Ayah tidak ingat.
Apa ayah juga tidak ingat hari jadi Ibu?
Kenapa Ayah pergi sama wanita itu?
Ayah dengar aku!
Aku muak mencoba tidak memaafkanmu,
Aku bosan berusaha melupakan saat-saat kita menangkap kupu-kupu di halaman belakang rumah mengelilingi air mancur rangkap tiga yang sekarang sudah ditutup lumut
Aku belum bisa berhenti cinta pada Ayah,
Apa ayah sudah bisa? "
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar